Ngabuburit sambil Nonton Film Pendek

Kine Klub Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkolaborasi dengan Uncle Yan’s mengadakan pemutaran film dengan tajuk “Nobar Bareng Uncle” di Parmuse, Jl. Borobudur, Blimbing, Kota Malang pada Minggu (17/3).

JAWA TIMUR

Fariduddin Aththar

3/31/20242 min read

BeritaSinema.com - Kine Klub Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkolaborasi dengan Uncle Yan’s mengadakan pemutaran film dengan tajuk “Nobar Bareng Uncle” di Parmuse, Jl. Borobudur, Blimbing, Kota Malang pada Minggu (17/3). Dalam agenda yang dikemas dalam ajang ngabuburit itu, tiga film pendek ditayangkan, antara lain: Fajar (Dyandra Ramadha, 2023), Abang Mbranang (Arya Risyad, 2023) dan Tilaran (Suprianto, 2017). Diselenggarakan di lantai ketiga gedung Parmuse, pemutaran film yang dimulai pada pukul 16.00 tepat itu dihadiri lebih dari dua puluh penonton.

Abang Mbranang sebelumnya sudah pernah diulas Februari lalu, sehingga sinopsisnya tidak akan ditulis kembali.

Film Fajar sendiri merupakan iklan layanan masyarakat yang mempromosikan kesadaran bagi pasangan muda-mudi di Indonesia akan kesehatan bayi dan anak. Dinarasikan oleh wanita karir muda bernama Hasya, ia bercerita bagaimana keegoisannya untuk bekerja tanpa kenal waktu membuat janinnya divonis stunting. Maka ketika sang anak, Fajar, lahir dengan “keterlambatan” dalam tumbuh kembang, sang ibu mengungkapkan permintaan maafnya yang juga “terlambat”. Kedepannya, ia berjanji pada sang suami, Bhaskara, untuk tidak mengulanginya kembali. 

Sedangkan Tilaran bercerita tentang seorang petani yang terserang halusinasi akibat menjual sawah warisan. Seorang dukun pun datang untuk mengatasi gangguan itu hingga mendatangi sawah demi mengetahui sosok yang mengganggu. Jika Fajar secara langsung memberi pesan untuk menyadari pentingnya keselamatan bayi dan anak, film Tilaran  yang merupakan produksi bersama Kine Klub UMM ke-14 membawa pesan pendidikan moral di mana penekanan pada makna tilaran yang berarti warisan atau wasiat itu tidak boleh dialihkan secara sembarangan.

Awain Rifki Saputra, aktor yang memerankan Abang dalam Abang Mbranang, menceritakan bagaimana sutradara Arya Risyad mempercayainya untuk sosok yang vokal dan aktif. Di kehidupan nyata, Awain juga aktif dalam politik kampus. Dalam proses produksi, ia hanya perlu mengambil inspirasi dari sosok Gie yang diperankan Nicholas Saputra dalam film Gie (2006) dan Satriya yang diperankan Jefri Nichol dalam film Aum! (2021).

Berbeda dengan Abang Mbranang yang menemukan kecocokan dalam casting, Dyandra, sutradara film Fajar mengungkapkan kekhawatirannya. Sejak awal, target penonton filmnya adalah anak-anak muda yang sudah masuk usia menikah. Namun, dengan sumber daya yang seadanya, ia tidak bisa menemukan sosok yang tepat untuk memerankan karakter bapak mertua Hasya ataupun pasangan Hasya-Bhaskara sehingga ia khawatir pesannya tidak tersampaikan dengan baik. Namun, film berdurasi 3 menit 21 detik itu mendapat apresiasi yang baik dari audiens.

Dalam sesi diskusi, ketiga film yang diputar diakui memang tidak memiliki keselarasan tema antara satu sama lain. Namun, setidaknya, ketiga film itu menandakan roda ekosistem produksi film di Malang yang masih terus berjalan. Jika Tilaran diproduksi pada 2017, maka Abang Mbranang dan Fajar masih relatif baru. Selain itu, film Fajar yang diproduksi oleh teman-teman dari SMAN 8 Kota Malang juga menandakan beragamnya pihak yang berpartisipasi dalam ekosistem produksi, tidak hanya dari mahasiswa yang berkuliah di UB dan UMM. (FA/K3/FA)