Ujug Ujug S.Sn. menampilkan 2 Film Pendek dan 1 Program TV karya tugas akhir Universitas Jember

Sempat tertunda satu jam dikarenakan Jember diguyur hujan, Aula Gedung Soejarwo Universitas Jember hampir Full Seat dipenuhi penonton yang menjadi saksi pemutaran perdana karya tugas akhir mahasiswa Universitas Jember.

JAWA TIMURTAPAL KUDAFILM KOMUNITAS

Rehal Senoth

12/13/20233 min read

Sesi diskusi penonton bersama 7 mahasiswa pengkarya tugas akhir Universitas Jember.

BeritaSinema.com - Selasa (12/12), Akasia Pictures bersama Universitas Jember menggelar pemutaran tiga karya tugas akhir dari tujuh mahasiswa pengkarya jurusan Film dan Televisi. Hujan yang sempat mengguyur Jember tidak menyurutkan semangat para penonton untuk menjadi saksi pemutaran perdana dari tiga karya tersebut. Hampir seluruh kursi dipenuhi oleh penonton yang hadir.

Sajian dibuka dengan Program TV yang menyajikan dialog interaksi antara psikolog dengan penyintas kekerasan seksual dalam tajuk "Momen Bicara", menguak isu kekerasan seksual yang terjadi pada lingkungan kerja serta membeberkan beberapa data terkait isu tersebut.

Penayangan Program TV "Momen Bicara".

Isu yang sangat seksi ini masih terus menjadi isu yang sering diangkat oleh para seniman dalam menciptakan karya - karyanya.
Pemutaran berlanjut pada pemutaran Film Pendek "Ratih"  yang menyuarakan hak hak perempuan dalam hal ini juga berhak atas pendidikan yang lebih tinggi. Sela Dwi Anjarwati (Sutradara Film Ratih) mengatakan bahwasanya masih banyak di desa tempat tinggalnya yang meyakini bahwa perempuan itu tugasnya hanya didapur, mengurus rumah dan anak, hal ini yang membuat Sela tergelitik untuk mengangkat isu ini.

Penayangan Film Pendek "Ratih"

Kalimat - kalimat "wong wedok iku tugase mung ning pawon, ngurus omah karo anak" (perempuan itu tugasnya hanya didapur, mengurus rumah dan anak) terucap beberapa kali dalam film ini, seolah pembuat film ingin mempertegas gagasannya terkait kesetaraan dalam hal ini perihal pendidikan.

Karakter Atun dan Mak Tijah (Ibu Atun) seolah mengingatkanku pada kenangan masalalu, omelan ibu dan kode hitungan 1,2,3 dalam memanggil anak yang "nggak sat set" (kata anak zaman sekarang). Tidak dapat dipungkiri saat ini hak wanita dalam hal meraih pendidikan yang lebih tinggi memang sangat diperlukan, namun stigma - stigma lama tidak perlu dihilangkan, akan tetapi disesuaikan dengan perkembangan zaman seperti saat ini.

Penayangan Film Pendek "Maaf Bapak Salah Jalan"

Pemutaran Film terakhir ditutup oleh Film "Maaf Bapak Salah Jalan", sebuah film yang mengulik kembali isu Covid-19. Mencoba membawa penonton kembali bernostalgia akan kerasnya perjuangan di era pandemi tersebut. Menceritakan seorang Bapak (seorang duda) yang memutar otak dan bingung mencari pekerjaan maupun pinjaman untuk membelikan susu anaknya.

Segala cara ia coba, ingin menjadi ojek online namun motornya telah ia jual, segala tabungannya juga dibawa oleh mantan istrinya kabur ntah kemana, hp menjadi satu - satunya barang berharga yang ia miliki pun tak laku dijual sampai pada akhirnya ia membuat keputusan yang sangat berani demi dapat membelikan susu anaknya yang masih bayi.

Film "Maaf Bapak Salah Jalan" menjadi film yang bikin nangis banyak penonton, dimana mereka di dua karya awal disajikan isu - isu yang mengarah pada feminisme dan pada karya terakhir ditutup dengan bagaimana perjuangan Bapak sebagai kepala keluarga mengorbankan segalanya demi anak - anaknya.

Acara Ujug Ujug S.Sn. ditutup dengan sesi diskusi antara penonton dengan pembuat karya, banyaknya antusias maupun interaksi yang muncul membuat banyak pertanyaan tidak dapat tertampung karena keterbatasan waktu (termasuk pertanyaan saya yang akhirnya saya lemparkan via pesan whatsapp). Tepat pukul sepuluh malam Acara ditutup oleh pembawa acara, hujan telah reda namun ingatan akan karya karya yang disajikan masih terngiang dalam pikiran para penonton. (RS/K3/RS)