Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah : Silang Budaya Jawa dan Sub Urban

Tasik Project menggelar Pemutaran Perdana Karya terbarunya yang berjudul Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah di Kota Cinema Mall Jember.

TAPAL KUDAULASAN FILMPEMUTARAN FILM

Rehal Senoth

1/13/20242 min read

Sesi Diskusi dengan tiga pengkarya Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah.

BeritaSinema.com - Tasik Project menggelar Pemutaran Perdana Karya terbarunya yang berjudul Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah di Kota Cinema Mall Jember (11/01). Karya yang juga merupakan Karya Tugas Akhir dari Arya Prima Putra (Sutradara), Dimas Al Faridzi (Penulis & Director of Photography) dan Miftachul Choir (Editor) sebagai mahasiswa Jurusan Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember.

Film ini bercerita tentang Barak (27) tinggal hanya berdua dengan Ayahnya (58) selepas meninggalnya Ibunya. Pada hari itu, musibah yang tidak diduga menimpa Barak. Ayah yang hari - harinya menjadi teman bicaranya meninggal dunia. Kondisi emosi Barak menjadi kacau. Bude Ti (60) berusaha menenangkan Barak, Bude Ti  menyinggung hubungan Barak dengan Azkia (26), namun Barak berusaha menghindar. Ketika keluarga Azkia datang, hal tersebut menjadi pembahasan dan Barak harus menghadapi situasi tersebut.

Pemutaran yang dilangsungkan sebanyak 2 sesi ini hampir full seat ditonton oleh crew, cast dan penonton umum lainnya. tak sedikit juga yang meneteskan air mata ketika menonton kisah Barak ini, Banyak penonton yang bertanya - tanya juga mengapa malah melangsungkan pernikahan ditengah duka? namun terjawab pada Catatan Pengkarya "Pernikahan merupakan suatu bakti terakhir anak kepada orang tuanya. Pernikahan juga merupakan titik akhir sebelum sang anak membuka gerbang baru dalam hierarki kehidupan yang mungkin nampak begitu indah. Namun, kematian merupakan hal yang begitu bertolak belakang dengan pernikahan. Ia menjadi momok kerinduan bagi setiap anak kepada orang tuannya dalam setiap kedip dua bola matanya. tidak ada yang tau kapan ia datang dan siapa dulu yang akan berpulang".

Silang Budaya Jawa dan Sub Urban dalam film Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah ini dimunculkan pada isu Kawin Mayit, bagaimana di beberapa budaya jawa dirasa tidak elok ketika sedang mengalami duka saat ditinggal oleh keluarga melangsungkan pernikahan dihadapan orang yang meninggal namun pada film ini justru dibenturkan dengan budaya sub urban yang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Konflik tersebut terasa kuat sekali dan menimbulkan diskusi diskusi kecil ketika penonton keluar dari studio bioskop.

Dimas Al Faridzi mengatakan, Pemilihan judul Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah ini berdasar dari dimana ruang tengah menjadi ruang nyaman bagi sebuah keluarga dan ruang pemecahan masalah. Pengkarya juga membawa pesan "Selagi ada dan selagi sempat, pengkarya merangkum hal - hal yang ingin dan sekaligus yang pengkarya takutkan dalam sebuah karya mereka. kedekatan yang mungkin saat ini belum mampu sentuh, mereka luapkan dalam karakter bernama Barak".

Penonton sedang menonton Film Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah.

Sesi Foto bersama dengan Crew, Cast dan penonton.

Vanny Zulfa sebagai moderator juga memberikan kesan pada respon penonton saat Pemutaran Film Sebelum Beranjak dari Ruang Tengah, "ia mengatakan ada yang dengan semangat mengungkapkan betapa menariknya plot dan karakter dalam film tersebut, sementara yang lain memberikan kritik konstruktif tentang elemen tertentu yang mungkin kurang memuaskan. Percakapan yang hidup dan interaktif mengisi ruangan, menciptakan dinamika yang khas saat mengevaluasi karya seni".

Bagi Vanny Zulfa menyaksikan beragam reaksi ini membuat pengalaman menonton semakin berwarna. Ia menyadari bahwa apresiasi terhadap film memang subjektif. Apa yang disukai satu orang belum tentu disukai orang lain dan begitu juga sebaliknya.

Pengkarya berharap film ini tidak hanya berhenti sebagai syarat kelulusan Tugas Akhir, namun juga dapat berkeliling diberbagai festival, sehingga dapat bertemu dengan lebih banyak dengan penontonnya. (RS/K3/RS)