Premier Film Petrus: Karya Terbaru Dhamar Gautama

Sinerupa yang mendaku diri sebagai “Layar Alternatif Pertama dan Satu-Satunya di Jombang” mengadakan screening tiga film pendek di Konoa Kaffee, Diwek, Jombang pada Kamis (17/04) lalu.

ULASAN FILMJAWA TIMUR

Fariduddin Aththar

4/21/20243 min read

BeritaSinema.com - Sinerupa yang mendaku diri sebagai “Layar Alternatif Pertama dan Satu-Satunya di Jombang” mengadakan screening tiga film pendek di Konoa Kaffee, Diwek, Jombang pada Kamis (17/04) lalu. Ketiga film tersebut, secara berurutan, adalah Paruh Waktu atau The Echo of Silence (Dhamar Gautama, 2021), The Tiger Dancing Still (Destyo Avrilsyah, 2023) dan untuk pertama kali diputar setelah selesai produksinya, adalah Petrus karya terbaru Dhamar Gautama.

Menjadi produksi kedua Lopus Film, film Petrus berkisah tentang seorang anak bernama Petrus (Jovan Prathama) yang pada suatu pagi menemukan sebuah mayat di dekat danau. Didorong rasa penasaran, Petrus mengikuti proses pemakaman hingga akhir. Dalam sesi diskusi yang dimoderatori Muhammad Hanafi, Dhamar ditanya semangat apa yang membuat Lopus Film sebagai sebuah rumah produksi yang dimulai dari teman-temannya di SMA 2 Jombang masih terus aktif.

Salah satu tantangannya adalah bagaimana dia dan teman-temannya sudah berpencar. Untuk itu, Dhamar mengakali agar hanya melakukan produksi di libur lebaran yang sekaligus adalah libur panjang. Selain itu, dengan kondisi yang baru setelah dia dan rekan-rekannya berkuliah di berbagai tempat, mereka akhirnya bisa upgrade dengan kualitas produksi yang lebih bagus dan serius.

Dalam proses produksi film Petrus yang berdurasi 15 menit itu, Dhamar dan tim produksi harus pulang-pergi (PP) ke Kabuh yang jauh dan tidak menginap. Untuk itu, mereka tidak punya cukup waktu untuk masuk ke dalam masyarakat. Dengan adanya bantuan dana, Dhamar juga akhirnya bisa membayar talent dari masyarakat sekitar untuk memerankan peran pengangkut dan pengiring jenazah dengan bayaran 35 ribu per orang. Sayangnya, salah seorang warga menolak tawarannya karena telah berpengalaman menjadi extras dalam suatu produksi sinetron di Jakarta dan sempat mendapat bayaran 100 ribu sekali syuting. Selain itu, karena musti membawa keranda mengelilingi desa di siang hari, Dhamar musti melakukan komunikasi dengan perangkat desa untuk memastikan kepada warga agar tidak khawatir dan memastikan bahwa hal tersebut dilakukan hanya untuk keperluan syuting.

Selain Dhamar, juga hadir dalam diskusi tim produksi, termasuk colorist, executive producer, dan juga pemeran-pemeran utama maupun pendukung. Jovan Prathama yang memerankan Gaung dalam Paruh Waktu dan Petrus ditemani Devanda Linggar yang memerankan karakter pelacur dalam Petrus. Jovan bercerita bagaimana perfeksionisnya Dhamar sehingga memerlukan waktu dua minggu untuk proses reading. Di sisi lain, Devanda Linggar bercerita bagaimana ia musti berpikir dua kali untuk mengambil peran yang dianggapnya cukup riskan. Untungnya, Petrus tidak terlalu vulgar. Karakter pelacur dalam Petrus tidak digambarkan telanjang maupun sensual.

Kepada Dhamar, Beritasinema bertanya mengapa judul bahasa Inggris dari Paruh Waktu adalah The Echo of Silence, bukannya the silence of echo, mengingat film ini menceritakan diamnya karakter Gaung selama bertahun-tahun setelah ia mengetahui rahasia gelap ayahnya. Melalui filmnya, Dhamar berusaha menggambarkan bagaimana ‘gaung’ dari dalam kepala karakter Gaung yang selama ini diam, sehingga ‘kediaman’ itu bukannya hening atau tenang, melainkan ‘riuh dan ramai’, mengganggu sosok Gaung secara psikologis.

Dihadiri hingga setidaknya dua lusin penonton, Sinerupa Screening malam itu berakhir pada pukul sepuluh malam dan dilanjutkan dengan diskusi informal. Muhammad Hanafi dari Sinerupa memberikan sedikit bocoran bahwa pemutaran berikutnya akan melibatkan sebuah film horor dari Korea. Dengan kapasitas yang memadai dan tanpa tiket masuk (kecuali untuk membeli segelas kopi dari Konoa), pemutaran film rutin setiap bulan ini bisa menjadi alternatif hiburan di sudut Jombang sekaligus ruang apresiasi film yang terus tumbuh di Jawa Timur. (FA/K3/FA)