Mix Media Film dan Tradisi Masyarakat Madura

Empatbelas Project menggelar acara Tanam Movie pada 17/2 di Desa Sumber Jeruk Kidul, Kalisat, Jember.

TAPAL KUDAULASAN FILMPEMUTARAN FILMJAWA TIMURFILM KOMUNITAS

Rehal Senoth

2/22/20244 min read

BeritaSinema.com - Empatbelas Project menggelar acara Tanam Movie pada 17/2 di Desa Sumber Jeruk Kidul, Kalisat, Jember. Adapun acara yang ditampilkan dalam Pagelaran Karya Film Fiksi tersebut adalah film berjudul Ramo' Bucco' disutradarai oleh Alif Septian dengan iringan kéjhung yang akan ditampilkan oleh seniman Jember secara live. Ramo’ Bucco’ merupakan sebuah karya Film Tugas Akhir Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta dari sang sutradara.

Registrasi penonton dibuka mulai pukul 18.00 WIB, penonton mulai digiring masuk dalam area pemutaran pada pukul 19.00 WIB. Sebelum memasuki area pemutaran, penonton diberikan gelas plastik berisikan air kemudian pada Gate Pertama, penonton berbaris sembari mendengarkan penjelasan terkait manfaat dari air yang dibawa masing - masing dan menuangkan air pada gentong yang telah disediakan. Pada Gate Kedua, penonton dihentikan pada sebuah lorong yang dimana disebelah kiri terdapat tanaman tembakau yang diatasnya terdapat botol plastik yang berisi air guna mengairi tanaman tembakau tersebut, yang uniknya, sejak awal penonton di desain dengan sengaja oleh panitia untuk turut berkontribusi dalam memberikan sumber kehidupan tanaman tembakau tersebut dengan menuangkan air dalam gentong yang kemudian dari gentong tersebut mengalir melalui selang - selang kecil ke botol yang terpasang diatas tanaman tembakau. Pada Gate Ketiga, panitia yang bertugas layaknya Tour Guide dalam sebuah agenda pariwisata menjelaskan betapa pentingnya air dalam kehidupan kita.


Sebelum pemutaran dimulai, acara dibuka oleh pembawa acara kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Kéjhung, Kéjhung adalah tradisi lisan masyarakat Madura yang diwariskan secara turun temurun. Kéjhung diturunkan lewat lisan, hal ini berkenaan dengan keberadaan kéjhung sejak masa dahulu sebelum masyarakat mengenal tulisan. Kéjhung dapat dituturkan secara fleksibel, jadi penuturannya bisa dilakukan di segala konteks, pada saat bersantai, berkumpul dengan keluarga, berkumpul bersama pasangan, dan dalam pertunjukan. Namun ditengah pertunjukan Kéjhung berkah air dari tuhan turun di lokasi pertunjukan, sehingga acara akhirnya ditunda beberapa saat, dan penonton diarahkan untuk berteduh terlebih dahulu.

Lokasi acara Tanam Movie ini berada di halaman belakang dari rumah sang sutradara yang berdampingan langsung dengan sawah, terdapat Layar Besar di tengah dan 2 panggung disamping Layar. Nuansa Misbar (Gerimis Bubar) benar - benar terjadi dan membuat beberapa penonton bernostalgia dengan masa lampau, dimana hiburan layar tancap di desa desa masih sering digelar.

Setelah kurang lebih satu jam, acara kembali dimulai. Penonton kemudian langsung diarahkan menuju area pemutaran kembali. Menurut informasi dari panitia, acara Tanam Karya ini dihadiri lebih dari 200 orang, termasuk turut hadir Asisten III Kabupaten Jember, Kapolsek, Dandim, beserta jajaran OPD Kabupaten Jember lainnya. Acara Tanam Karya ini menerapkan metode pertunjukan Mix Media yang dimana memadukan Film, Kesenian Kéjhung dan juga teatrikal. Film Ramo’ Bucco’ mengisahkan kehidupan Petani yang mengalami kesulitan air untuk mengairi sawahnya, petani tersebut berusaha untuk berjuang mendapatkan air namun menemui kendala - kendala yang mengancam nyawanya. Judul Ramo’ Buco’ sendiri diambil dari bahasa madura yang berarti “Akar Busuk”.

Saya turut melontarkan pertanyaan pada sutradara, apa urgency dari pembuat film hingga akhirnya mengangkat cerita Ramo’ Bucco’ ini. Menurut Alif (dihadapan Pemerintah Daerah dan Jajaran OPD Kabupaten Jember), “Air merupakan komoditas penting pada hidup manusia, setiap aspek kehidupan pasti akan membutuhkan air untuk berjalan secara ideal. Negara ini telah menjamin ketersediaan air untuk seluruh masyarakatnya, hingga tercantum pada UUD 1945. Ketika komoditas se-penting dan se-krusial air telah diperjualbelikan, apakah masih ada yang gratis di negara ini?”.

Dalam sebuah karya, akan sangat wajar ketika bertemu penonton karya tersebut menimbulkan Pro/Kontra, ada yang mengapresiasi dan mendukung cerita yang diangkat dalam Film Ramo’ Bucco’, terdapat pula yang tidak sepakat, karena menurutnya (yang tidak sepakat) pada realitanya tidak terjadi hal seperti yang muncul dalam Film tersebut. Kembali lagi, semua kembali pada perspektif penonton masing - masing dalam menangkap cerita dari sebuah karya. Saya berharap Film Ramo’ Bucco’ ini dapat bertemu lebih banyak dengan penonton, entah melalui Festival ataupun Layar - Layar Alternatif.

Ketika kemarin pada 17/2, Film Ramo’ Bucco’ telah berhasil diputar di jember, Film garapan Alif Septian ini akan kembali bertemu penontonnya pada hari Minggu, 25 Februari 2024 di Gedung Cak Durasim dalam acara Forum Festcil x Boomcraft. Setelah lama Hiatus Festcil kembali hadir dalam format eksibisi bertajuk Forum Festcil x Boomcraft. berkolaborasi dengan Boomcraft.

Festcil menghadirkan 12 Film Pendek yang terbagi menjadi 3 Program Pemutaran antara lain, Program Pertama Legalisasi Obsesi” yang berisikan Film Pendek ‘Serdadu Apel Emas (2023)’ dir. Lingga G. Permadi, ‘Koakikukik (2023)’ dir. Robi Ilafi, ‘Sarip (2022)’ dir. Eka Wahyu Primadani, dan ‘Hitler Mati di Surabaya (2023)’ dir. Dhamar Gautama. Program Kedua “Tekuk Lutut” yang berisikan Film Pendek ‘Payung Dara (2023)’ dir. Reni Apriliana, ‘Jangka Kala (2022)’ dir. Destian Rendra, ‘Susu Macan (2023)’ dir. Wimar Herdanto, dan ‘Stroke (2022)’ dir. Bernardus Raka. Program Ketiga “Rentan Rawan” yang berisikan Film Pendek ‘Sinema Black Magic (2022)’ dir. Loeloe Hendra, ‘Ramo’ Bucco’ (2024)’ dir. Alif Septian, dan ‘Maido (2024)’ dir. Bernardus Raka, Film by Boomcraft Production.


Dapatkan Tiket & reservasi: www.loket.com/event/ffxbc atau klik link di bio instagram @festcil / @boomcraftproduction. (RS/K3/RS)