Menangkap Makna dan Budaya Melalui Film

Banyak orang menganggap film hanya sebagai hiburan semata. Namun, sebenarnya, film adalah medium untuk menyampaikan gagasan dan pesan. Bahasa visual yang digunakan dalam film sangat kuat dan mampu menembus hati para penikmatnya. Namun, pertanyaannya, apakah film saat ini sudah bergerak menuju arah pendidikan?

JAWA TIMURSURABAYA RAYAFILM KOMUNITAS

Kyota Hamzah

12/10/20232 min read

M. Andi Fikri (kiri), Afrian Aris Andy (tengah) bersama moderator

BeritaSinema.com - "Film pada dasarnya telah menjadi sarana pendidikan, tinggal bagaimana kita mengolahnya." (Afrian Aris Andi)

Banyak orang menganggap film hanya sebagai hiburan semata. Namun, sebenarnya, film adalah medium untuk menyampaikan gagasan dan pesan. Bahasa visual yang digunakan dalam film sangat kuat dan mampu menembus hati para penikmatnya. Namun, pertanyaannya, apakah film saat ini sudah bergerak menuju arah pendidikan?

Mengutip acara "cinetive" yang diadakan oleh UKPIM (Unit Kreativitas dan Pengembangan Intensif Mahasiswa) Ubhara pada tanggal 9 Desember 2023, acara tersebut menampilkan pemateri ternama seperti Afrian Aris Andi dari film "Perempuan Tanah Jahanam" dan Andi Fikri, seorang sutradara nasional.

Acara ini berlangsung di aula Dekasda (Dewan Kesenian Sidoarjo) dan membahas isu-isu lokal yang menarik. Film mampu mengangkat potensi kearifan lokal yang ada di daerah, tetapi yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk memulainya. Menurut Andi Fikri, sebuah film yang bagus adalah film yang selesai dibuat. Artinya, setiap ide yang ingin disampaikan harus segera dieksekusi, sambil terus belajar untuk meningkatkan kualitasnya.

Langkah yang diambil ini akan menjadi sejarah bagi sineas lokal di Sidoarjo, termasuk para pemain, tim produksi, sutradara, dan produser. Ini bisa menjadi bukti perjalanan dalam pembuatan film yang baik, minimal dengan memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.

Memahami tujuan dari sebuah film itu sendiri sangat penting. Sejarah film sendiri dimulai dari cara merekam kenangan untuk disampaikan kepada generasi selanjutnya. Dengan kata lain, film adalah media untuk menyampaikan warisan budaya dan moral. Namun, seringkali terjadi pergeseran dari penyampaian yang awalnya edukatif menjadi lebih menghibur.

Apakah hal tersebut salah? Tidak juga, karena peradaban itu selalu mengikuti perkembangan manusia, termasuk bagaimana kita menyikapi moral dan budaya. Menurut Andi Fikri, budaya akan mengikuti perkembangan zaman dan akan lebih mudah diterima oleh generasi selanjutnya jika disajikan dengan cara yang menarik tanpa kehilangan esensi budaya sebelumnya.

Relevansi adalah kunci agar sebuah film tetap bisa dinikmati dan pesan yang disampaikannya meresap ke dalam alam bawah sadar kita. Ini adalah inti dari apa yang disampaikan oleh Fian, selaku Ketua Umum UKPIM. Mengangkat isu relevan dalam sebuah karya film adalah tanggung jawab bersama. Hal yang sama diungkapkan juga oleh Bima, selaku Ketua Pelaksana Cinetive.

Acara ini diharapkan menjadi platform bagi mahasiswa dan masyarakat yang ingin membuat film tentang lokalitas dan aspek-aspek yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Mereka juga mengadakan lomba film pendek yang diikuti oleh tiga peserta dengan film-film yang beragam.

Mulai dari film dokumenter "Reog Cemandi" karya Abdul Malik Ibrahim, "Nuturi" karya Nabila Azzahwa, hingga "Asap Rokok" karya Andi Ismail Raharja. Film-film ini adalah upaya mereka dalam mengangkat isu-isu sosial dan kearifan lokal di tempat mereka tinggal. Langkah yang layak diapresiasi karena memungkinkan kita untuk merawat kenangan dan esensi dari budaya itu sendiri.

Budaya yang disampaikan dengan cara yang menarik dan relevan adalah kunci keberlangsungan peradaban. Mengutip pernyataan Afrian Aris Andi, film pada dasarnya telah menjadi sarana pendidikan, yang perlu kita lakukan hanyalah mengolahnya menjadi lebih baik dan menarik. (KH/K2/KH)