Grand Launching Film Yang (Tak Pernah) Hilang: Memorialisasi Dua Aktivis Demokrasi ‘98

Kawan Herman Bimo dan IKOHI Jatim bekerjasama dengan beberapa organisasi eksternal mahasiswa di Surabaya menyelenggarakan Grand Launching Film Yang (Tak Pernah) Hilang

GALA PREMIEREULASAN FILMJAWA TIMUR

Fariduddin Aththar

3/12/20242 min read

BeritaSinema.com - Kawan Herman Bimo dan IKOHI Jatim bekerjasama dengan beberapa organisasi eksternal mahasiswa di Surabaya menyelenggarakan Grand Launching Film Yang (Tak Pernah) Hilang pada Selasa (5/3) di Auditorium Lantai 6 Rektorat Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Surabaya. Film ini merupakan upaya pendidikan sejarah dan politik serta – sebagaimana diungkap dalam poster – memorialisasi dua aktivis pejuang demokrasi yang hilang pada masa Reformasi 1998: Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah. Sama-sama menempuh sarjana di FISIP Universitas Airlangga, keduanya menempuh jalan aktivisme dengan mendirikan Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID) lalu kemudian turut serta memplokamirkan terbentuknya Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada 1996.

Namun, filmnya tak melulu menceritakan tentang kiprah keduanya dalam pergerakan politik. Yang (Tak Pernah) Hilang menggali lebih jauh dengan terbang ke Pangkal Pinang, Pulau Bangka, Provinsi Sumatera Selatan untuk mewawancarai keluarga, kerabat, serta teman-teman masa muda Herman Hendrawan. Di Malang, ayah dan saudara Petrus Bima – yang akrab dipanggil Bimpet oleh rekan-rekannya — menjadi sumber pertama untuk mengetahui kepribadian sang aktivis, selain juga guru-gurunya di Sekolah Dempo, Malang. Menurut sang produser, Dandik Katjasungkana, yang juga kakak tingkat keduanya di FISIP Unair, film berdurasi sepanjang 2 jam 20 menit ini diupayakan “Supaya bisa memotret tidak hanya pada peristiwa, tetapi juga karakter keduanya yang cukup kuat dari kecil hingga dewasa.”

Menariknya, film yang diinisiasi sejak 2019, tepatnya ketika Prabowo diangkat menjadi Menteri Pertahanan oleh Presiden Joko Widodo ini tidak hanya berisi wawancara dengan keluarga dan kerabat yang mengenal baik kedua tokoh aktivis Reformasi yang sampai saat ini belum juga diketahui nasibnya, tetapi juga rekan-rekan mereka yang selamat dari kejaran aparat hingga tokoh-tokoh penting yang masih berkiprah baik di LBH hingga Amnesty. Di antara babak-babak penceritaan, monolog puitis dikumandangkan untuk mengungkap kerinduan pada sosok keduanya: bahwa aktivis di masa kini masih menunggu kejelasan mereka, bahwa perjuangan mereka dahulu masih terus dilakukan.

Apresiasi terhadap Grand Launching Film Yang (Tak Pernah) Hilang ini juga tak kalah meriahnya. Dimulai pada pukul 18.51, auditorium Gedung. R. Ing. Soekonjono yang berkapasitas 250 orang penuh sesak hingga akhir. Audiens yang hadir disuguhi dengan sebotol air mineral dan sekotak snacks berisi tiga buah roti dan tiga butir permen. Untuk mendukung filmnya, penonton dapat membeli merchandise berupa kaus dengan poster film seharga 150 ribu. Sebelum pemutaran dimulai, dua musisi dari grup Suar Marabahaya menampilkan musikalisasi puisi dengan menyebut nama-nama korban penghilangan paksa.

Berakhir kira-kira pada pukul 22.20, tim produksi serta jejeran cast film Yang (Tak Pernah) Hilang memberikan kata pengantar terakhir sekaligus mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada penonton. Dirilis di bulan yang sama dengan tanggal hilangnya Herman dan Bimo, film ini mengajak seluruh masyarakat untuk tidak melupakan mereka yang berjuang demi tegaknya demokrasi di negeri ini dan menuntut keadilan sepenuhnya kepada “... negara yang enggan mengadili para pelaku yang terlibat dalam pelanggaran HAM Berat ini…”. Begitu tertulis dalam posternya. Merdeka! (FA/K3/FA)