Dialog Film Jatim Bahas Tanda Tanya (?)

Industri Perfilman Daerah Sudah Siap atau Terkesan Memaksakan?

FESTIVALNASIONALJAWA TIMUR

admin

12/14/20252 min read

Sidoarjo, Jawa Timur.
14 Desember 2025

Layar Lokal Film Festival (LLoFF) menghadirkan Program Dialog Film Jawa Timur sebagai ruang diskusi terbuka yang mempertemukan pemerintah, akademisi, praktisi film, serta pelaku lintas disiplin dari berbagai daerah di Jawa Timur. Dialog ini menjadi bagian dari upaya memperkuat ekosistem perfilman daerah melalui pertukaran gagasan dan refleksi bersama.

Dialog Film Jawa Timur menghadirkan Novin Wibowo (akademisi dan praktisi film asal Malang), Yuriko Abi (praktisi film asal Blitar), Gelora Yudhaswara (praktisi film asal Ponorogo), serta perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Satria. Diskusi dimoderatori oleh Rehal Lahir Prias Supuntari selaku Festival President Layar Lokal Film Festival. Kegiatan ini diikuti oleh para filmmaker asal berbagai daerah, antara lain Surabaya, Sidoarjo, Malang, Tulungagung, Bojonegoro, dan Jember serta dan sastrawan/penulis.

Dalam dialog tersebut, Disbudpar Jawa Timur memaparkan sejumlah program yang telah dan akan dilaksanakan sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap perkembangan perfilman daerah, termasuk Program KOMFILASI. Program ini diposisikan sebagai ruang produksi dan pengembangan film pendek yang diharapkan dapat mendorong lahirnya karya-karya film dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Para pembicara dan peserta dialog menyoroti perkembangan ekosistem film Jawa Timur yang dinilai terus bertumbuh secara organik, terutama melalui komunitas dan festival. Namun demikian, diskusi juga mencatat bahwa penguatan kualitas sumber daya manusia, distribusi, dan keberlanjutan program masih menjadi tantangan utama.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah arah perfilman Jawa Timur ke depan, apakah akan diarahkan langsung ke industri atau terlebih dahulu diperkuat sebagai ekosistem. Para praktisi sepakat bahwa dorongan menuju industri perlu dilakukan secara bertahap dan kontekstual, agar tidak terkesan memaksakan. Ekosistem film yang sehat, inklusif, dan berbasis lokal dipandang sebagai fondasi penting sebelum melangkah ke ranah industri yang lebih luas.

Dalam kesempatan tersebut, Disbudpar Jawa Timur juga menyampaikan gagasan untuk mengkolaborasikan Program KOMFILASI dengan Layar Lokal Film Festival. Kolaborasi ini diharapkan dapat membuka ruang presentasi, diskusi, dan distribusi karya yang lebih luas, sekaligus menjembatani program pemerintah dengan ekosistem festival film yang telah tumbuh secara independen.

Melalui Program Dialog Film Jawa Timur, Layar Lokal Film Festival menegaskan komitmennya sebagai ruang temu dan dialog yang berkelanjutan bagi para pelaku film di Jawa Timur. Forum ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju penguatan ekosistem perfilman daerah yang berdaya, berkelanjutan, dan relevan dengan konteks lokal.  /admin